Senin, 13 Februari 2012

sumpit-suku-dayak-yang-lebih-mematikan

PADA zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda  bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara  prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu  Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit  Dayak diterjang peluru.


Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang  beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata  anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan,  mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.

Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu  Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari  terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah  panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.

Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh  mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas.  Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa.  Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang  penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu,  mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.

"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya  hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga  pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika  digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu  singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh.  "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.


Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena  rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang  mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.

Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.

"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang  atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil  mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar